Pandu Raja Astina dan Ayah dari para Pandawa

 

Pandu Raja Astina dan Ayah dari para Pandawa
Pandu Raja Astina dan Ayah dari para Pandawa yang Meninggal Dunia di Usia Muda

Pandu Dewanata memiliki nama lain, yaitu Prabu Pandu Dewayana setelah menjadi raja Astina. Ia adalah putra dari Begawan Abiyasa dengan ibunya bernama Dewi Ambalika.

Pandu yang terlahir cacat dengan berkulit pucat (albino) dan leher yang agak miring. Semua di sebabkan sewaktu melayani sang suami, Dewi Ambalika terlihat pucat dan memiringkan kepalanya karena takut melihat raut muka Begawan Abiyasa yang seram.

Pada masa mudanya, Pandu sangat tekun menerima pelajaran yang diberikan oleh ayahnya, ia telah dipercaya oleh para dewa untuk dijadikan jago melawan Prabu Nagapaya dari negara Kiskenda yang menyerang kahyangan karena lamarannya untuk memperistri Batari Supraba ditolak.

Pandu yang saat itu sudah sangat hebat akhirnya dapat mengalahkan para pengacau kahyangan tersebut sehingga dianugerahi dewa dengan aji kesaktian yang bernama pangrupak jagad.

Kesaktian itu memiliki khasiatnya dapat melumpuhkan lawan dengan cara mengangkatnya tanpa harus menggunakan tangan sehingga sang lawan dapat dijatuhkan ke bumi. Kemudian mendapatkan minyak tala yang berkhasiat jika dioleskan ke badan dapat kebal oleh berbagai senjata yang mengenainya tubuhnya.

Setelah Pandu sudah semakin dewasa, ia diangkat menjadi raja Astina menggantikan Prabu Kresna Dwipayana (Abiyasa) yang hendak kembali menjadi petapa di Wukir Retawu. Kemudian Pandu mendapatkan gelar Prabu Pandu Dewanata dengan permaisurunya Dewi Kunti dan Dewi Madrim.

Raja Pandu juga mengangkat patih yang bernama arya Gandamana, putra Prabu Gandabayu, raja negara Pancalaretna.

Baca Juga:
Drestarasa Raja Buta yang Menyaksikan Kejatuhan Hastinapura dan Ayah para Kurawa
Abiyasa Sang Penulis Abadi, Leluhur Pandawa dan Kurawa di Mahabharata

Pernikahannya dengan Dewi Kunti menurunkan tiga orang anak lelaki (yang bernama Yudistira, Bima, dan Arjuna) dan dengan Dewi Madrim beranak lelaki kembar (yang bernama Nakula dan Sadewa). Kelak anak-anak Pandu dinamakan Pandu hawa atau Pandawa.

Semua anak Pandu lahir dari para dewa lewat matra Dewi Kunti, karena Pandu memiliki kutukan, jika melakukan hubungan dengan istrinya akan meninggal saat itu juga. 

Pandu dipersalahkan oleh para dewa karena telah lancang membangun sebuah taman sari untuk Dewi Madrim, istrinya yang ingin sebuah taman dengan bentuk yang sama persis dengan taman kadilengleng di kahyangan tanpa memiliki ijin dewa.

Bahkan ia juga lancang meminjam lembu tunggangan Batara Guru untuk bertamasya menyenangkan istri keduanya itu.

Ia juga mendapat kutukan dari Resi Kimindana ketika dirinya sedang berburu bersama kedua istrinya dengan memanah seekor kijang jantan yang sedang memadu asmara. Inilah kutukan yang di maksud sebelumnya.

Setelah kijang tersebut kena panahnya, ternyata adalah jelmaan seorang resi yang kemudian mengutuk dirinya jika sedang berkasih-kasihan dengan istrinya, maka akan menemui ajal juga.

Pada suatu saat, Prabu Pandu lupa akan kutukan tersebut ketika tergoda kecantikan istri keduanya yang bernama Dewi Madrim, ketika sedang bercengkerama di taman Astina yang asri dan indah. Di situlah ajal menjemputnya sebagai balas dendam Resi Kimindana.

Tidak lama setelah kematian Pandu, istri keduanya Dewi Madrim juga memutuskan menyusul suaminya ke alam berikutnya, karena merasa bersalah atas kematian suaminya. Mereka akhirnya meninggalkan Dewi Kunti dan para Pandawa.

Walaupun ia tergolong raja yang memiliki keutamaan perilaku yang sangat budi pekerti, namun sayang Pandu tidak memiliki usia yang panjang. Ia meninggal ketika putra-putranya masih kecil dan disebabkan karena akibat kesalahan-kesalahan yang dilakukannya akibat kecerobohan dan kekhilafan dalam menuruti keinginan orang lain terutama istrinya keduanya dan hawa nafsunya sendiri.

Meskipun begitu para masyarakat Astina sangat terpukul dengan meninggalnya raja Pandu. Bahkan, di masa depan saat Drestarasa sebagai raja berikutnya membuat banyak keputusan merugikan kerajaan dan masyarakatnya, Raja Pandu kembali sangat-sangat di rindukan oleh semua orang.

Komentar